BPJS Memaksa Apoteker Berkolaborasi
Tak disangkal, histori dan kultur apoteker memang dicetak untuk egois. Di lab praktikum kimia analitis dulu kita berpacu dengan waktu untuk menemukan beberapa jenis senyawa obat dari suatu preparat sampel tanpa boleh bertanya kepada rekan semeja. Menyakitkan. Demi pendidikan. Apa lacur sekarang ?
Setelah lulus sekolah, setiap apoteker ingin membuat apotek sendiri. Ah bukan, bukan membuat apotek sendiri. Tepatnya adalah ingin bekerja di apotek. Apotek milik 'orang lain'. Ironis ! (Ref : baca Ps 1.13 dan Ps.25 PP51/2009).
Apoteker yang memaksakan diri untuk menjalankan praktik di suatu apotek sendirian, kini layak ditinjau ulang. Egoisitas diri harus dibayar mahal sekarang. Kesanggupan fisik untuk melakukan praktik selama 4 - 5 jam sehari tidak mungkin dapat meng-cover 13 jam operasional apotek dengan asumsi buka jam 08.00 s/d jam 21.00 dari senin hingga sabtu. Kebiasaan untuk mendelegasikan pelayanan kepada petugas-petugas akan berisiko tidak berjalannya mekanisme kendali biaya kapitasi. Membanjirnya pasien paserta BPJS akan meminta tambahan SDM dan daya dukung lainnya serta menyebabkan terjadinya sedotan perbekalan yang tidak terkendali. Ujungnya sama. Keberlangungan apotek jadi pertaruhan.
Hanya satu yang mesti dilakukan. Beberapa apotek(er) harus berkolaborasi. 5 - 10 apotek(er) berpadulah. Dengan anggaran yang tertentu dan terbatas, apoteker harus menyusun rancangan kerja bersama. Siapa melakukan praktik berapa lama pada suatu tempat tertentu dengan menggunakan SDM (karyawan) dan alat-alat yang sama. Hal ini akan efektif menekan biaya-biaya sekaligus diharapkan akan efisien memperbesar "sisa pelayanan". Di pihak lain, beberapa apoteker dapat berbagi tugas memberikan edukasi publik dalam upaya-upaya promotif dan preventif. Jangan khawatir, puluhan ribu peserta BPJS akan mengepung.
Anda mungkin akan menyangkal, apakah pemilik modal mau ? Satu saja saran saya, tinjaulah kembali Perjanjian Modal yang Anda susun. Apakah ada hak bagi pemilik modal untuk melakukan intervensi kebijakan internal atas apotek yang Anda selenggarakan ?
mantap.........
BalasHapusDibutuhkan segera apoteker sebagai penanggung jawab apotik di BP medika islami kranji - LAMONGAN.
BalasHapuskualifikasi:
- S1 Farmasi dan telah menyelesaikan pendidikan Apoteker
- Memiliki STRA / SP Apoteker
- Fresh graduate ataupun yang sudah memiliki pengalaman
- Pria/Wanita
- Usia max. 40 tahun
- Jujur dan teliti
Lamaran bisa dikirimkan ke alamat berikut.
Kepada: Bpk. Abdul Fatah
Jl.Raya Paciran no. 31, Dusun Jetak, Kecamatan Paciran (Toko Anugrah - Depan Polsek Paciran), Kode pos: 62264
Dear admin Asapin,
BalasHapusSaya sdh berkecimpung di bisnis apotek lebih kurang 20thn, satu yg jadi masalah dari dulu: margin apotek harus rendah demi rivalisasi sesama apotek, sedangkan salary apoteker harus tinggi,gimana nih menyiasatinya? saya sendiri APJ sekaligus PSA, yg harus salto memperjuangkan nasib saya sendiri...Alhamdulillah, mindset dan pendapatan sekarang beda sekali dibanding sewaktu saya hanya jadi APJ, mohon pencerahan dan sharing pengalaman, salam
5-10 apoteker berpadu bisa diatur, tinggal gimana bayarnya aja... apakah dari IAI atau asapin ada insentif dana?
BalasHapusWAJIBKAN DOKTER UNTUK MAU BERKOLABORASI DENGAN APOTEKER DALAM MEMBERIKAN TERAPY !
BalasHapus